Thursday, November 10, 2016

Kisah Pendirian Dan Asal Kata Bandung, Serta Asal Usul Julukan Kota Kembang Dan Paris Van Java

Tags

Tepat pada tanggal 25 September 1810, Bandung resmi berdiri berdasarkan surat keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Tidak terasa Bandung di tahun ini genap berusia 205 tahun. Banyak peristiwa yang terjadi di kota yang dijuluki “Parijs Van Java”, Paris-nya Pulau Jawa ini.
Bandung yang terkenal dengan penduduknya yang ramah dan beriklim sejuk ini secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di ketinggian sekitar 768 m permukaan laut rata-rata, dengan daerah bagian utara lebih tinggi daripada bagian selatan. Bandung dikelilingi pegunungan sehingga Bandung merupakan cekungan (Bandung basin). Sungai yang mengalir melintasi kota Bandung adalah Sungai Citarum dan Sungai Cikapundung dengan anak-anak sungai yang mengalir ke arah selatan sehingga mengakibatkan Bandung selatan rentan dengan banjir.
Pendirian kota Bandung tidak sama dengan pendirian Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung didirikan pada abad ke-17, dengan ibukota berlokasi di Krapyak (sekarangDayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer dari pusat kota Bandung saat ini. Pada saat pemerintahan beralih dari Kompeni ke Hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama yaitu Herman Willem Daendels (1808-1811), bupati yang menjabat adalah R. A. Wiranatakusumah II (1794-1829) yang juga dijuluki Dalem Kaum I.
Di masa pemerintahannya, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer ke Panarukan sepanjang 1000 km dengan menggunakan tenaga pribumi di bawah pimpinan bupati masing-masing daerah. Di Bandung, Jalan Raya Pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808 dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang sudah ada. Kini jalan tersebut bernama Jalan Jendral Sudirman, Jalan Asia Afrika, Jalan Ahmad Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya.
Untuk kelancaran pembangunan jalan raya tersebut dan akses ke kantor bupati semakin mudah bagi pemerintah kolonial, Daendels pada suratnya yang bertanggal 25 Mei 1810 memerintahkan Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten masing-masing ke Cikapundung dan Andawadak (Tanjungsari). Rupanya jauh sebelum surat itu dikeluarkan, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk pindah dan telah menemukan tempat yang strategis. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos. Alasan kepindahan tersebut adalah karena Krapyak tidak strategis dan sering dilanda banjir.
Bupati beserta sejumlah rakyatnya tidak langsung pindah ke daerah tersebut. Awalnya di akhir tahun 1808 dan awal 1809 mereka pindah ke kawasan Cikalintu (kini Cipaganti). Kemudian mereka pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampung Bogor (kini Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan).
Dari kisah ini jelaslah bahwa pendirian kota Bandung merupakan inisiatif dan prakarsa Bupati Bandung saat itu yaitu R. A. Wiranatakusumah II, dengan kata lain pendiri kota Bandung adalah beliau bukan Daendels.
Kata Bandung bukan hanya sekedar nama dan kata saja, tapi dipilih berdasarkan sejarah dan filosofi tanah Pasundan itu sendiri. Ada banyak sumber yang menyatakan asal kata Bandung, seperti berikut ini.
Sumber pertama menyatakan bahwa Bandung berasal dari kata ‘bendung’ atau‘bendungan’ karena terbendungnya Sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Asal kata ini sering dikaitkan dengan Legenda Sangkuriang yang merupakan legenda terbentuknya Danau Bandung dan Gunung Tangkuban Perahu, serta kisah keringnya Danau Bandung yang pada akhirnya merupakan kota Bandung di masa kini.
Sumber kedua berasal dari legenda yang diceritakan oleh orang tua jaman dulu. Nama Bandung diambil dari nama sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut ‘perahu bandung’ yang dikendarai oleh Bupati Bandung, R. A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Sungai Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.
Sementara itu, sumber ketiga berdasarkan filosofi Sunda yang merupakan suku terbanyak yang tinggal di kota ini. Kata Bandung berasal dari kalimat sakral dan luhur ‘Nga-Bandung-an Banda Indung’. ‘Nga-Bandung-an’ berarti menyaksikan atau bersaksi. ‘Banda’ adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda mati. ‘Banda’ juga bisa diartikan harta. ‘Indung’ berarti Ibu atau bumi yang kerap kali disebut ibu pertiwi. Jadi kata Bandung secara lengkapnya mengandung nilai filosofis sebagai alam tempat segala makhluk hidup maupun benda mati yang lahir dan tinggal di Ibu Pertiwi yang keberadaannya disaksikan oleh Yang Maha Kuasa.
Bandung sedari dulu sudah mempunyai julukan yaitu Kota Kembang (kota bunga) dan Parijs Van Java. Kita sering berpikir bahwa julukan Kota Kembang berhubungan dengan Bandung yang berhawa sejuk. Hawa Bandung menjadi sejuk barangkali karena di Bandung banyak pepohonan yang otomatis tentu banyak bunganya. Atau kemungkinan kedua karena di Bandung terkenal banyak ditemukan ‘awewe geulis’ (wanita cantik) yang sering dilambangkan dengan kembang (bunga) sehingga mendapat julukan tersebut.
Tapi ternyata menurut sejarahwan Haryoto Kunto dalam bukunya yang berjudul ‘Wajah Bandoeng Tempo Doloe’, kembang yang dimaksud adalah ‘kembang dayang’ yang dalam bahasa Sunda sama dengan WTS (Wanita Tuna Susila) atau PSK (Pekerja Seks Komersial).
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1896, Bestuur van de Vereninging van Suikerplanters (Pengurus Besar Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula) yang berkedudukan di Surabaya memilih Bandung sebagai tempat penyelenggaraan kongresnya yang pertama. Tercatatlah panitia kongres bernama Tuan Jacob yang kemudian mendapat masukan dari Meneer Schenk agar menyediakan ‘kembang-kembang’ alias ‘noni-noni cantik’ Indo-Belanda dari perkebunan Pasirmalang untuk menghibur para pengusaha perkebunan gula tersebut.
Kongres berjalan dengan sukses. Para peserta merasa sangat puas. Dari mulut para peserta itulah muncul kata-kata ‘De Bloem der Indische Bergsteden’ atau ‘bunganya’ kota pegunungan di Hindia Belanda yang pada akhirnya membuat Bandung dijuluki Kota Kembang.
Julukan Parijs Van Java pun ternyata banyak yang salah mengartikan. Kita selama ini berpikir bahwa Bandung sangatlah indah seperti kota Paris di Prancis. Tapi ternyata julukan tersebut muncul karena pada jamannya, di Jalan Braga terdapat banyak toko yang menjual barang-barang berasal dari Paris terutama pakaian. Toko yang terkenal adalah ‘Modemagazinj ‘au bon Marche’’ yang menjual gaun wanita dengan mode asal Paris, dan ada ‘Maison Bogerijen’, restoran yang terkenal menjual makanan Prancis yang sering dikunjungi oleh para pengusaha dan pejabat dari Eropa dan Hindia Belanda.
Itulah sekilas kisah pendirian dan asal kata Bandung, juga asal usul julukan Kota Kembang dan Parijs Van Java. Apa pun yang terjadi di Bandung, baik peristiwa baik dan kelam, Bandung adalah kota yang istimewa. Dirgahayu Bandung, semoga kota dan warga Bandung semakin maju dan berkembang dengan positif, membawa harum nama Indonesia di pentas Asia maupun dunia. Sumanget!
Sumber:
http://www.bandungaktual.com/p/sejarah-bandung.html
http://www.bandungaktual.com/2015/03/sejarah-kota-bandung-asal-usul-nama.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung


EmoticonEmoticon